Untuk Perempuan Kecilku Disana


27 Januari 2016

Siang itu, disaat jadwal berangkat menuju Yogyakarta setelah beberapa hari menikmati libur Tengah semester ditanah kelahiran Pekalongan aku packing segala peralatan dan barang bawaan yang akan dibawa menuju Jogja. Sebenarnya libur masih beberapa hari lagi namun ada beberapa pertimbangan untuk segera berangkat menuju Jogja karena keperluan mempersiapkan 2 produksi Film Pendek diluar Tugas kuliah yang berarti itu karya lepas, aku pikir tidak apa-apa untuk melepas beberapa hari liburku dan mempersiapkan produksi dengan teman teman satu perjuangan demi kesuksesan sebuah produksi film pendek kami. Ya itu semua demi pembelajaran dan pengalaman yang akan kami dapat disaat kami mulai berani bertanggung jawab atas komitmen yang telah kami buat bersama.

Aku mulai berpamitan dengan Orang tuaku, keluarga, dan salah satunya yaitu Keponakanku yang masih berumur 5 tahun yaitu Nayla Mustika Prasetyo yang biasa kupanggil dengan sebutan Tika. Seperti biasanya dia selalu menghantarku sampe keluar rumah, mencium tanganku tanda berpamitan dan seperti biasa aku selalu menciumi seluruh wajah tika tanda kasih sayang. “Om Poh hati-hati dijalan ya!” dia memanggilku dengan sebutan Om Poh. Aku selalu menjawab “Iya tik, tika mau ikut om poh ke Jogja?” dan dia selalu menanyakan “Om Poh ke jogja ngapain?” akupun menjawab ke Jogja untuk sekolah dan dia senyum-senyum melihat jawabanku dan merespon “nggak ah nanti tika liburan ke jogja sama mamah sama ayah sama dek tasya sama mbah anto sama mbah mamah  sama dhe sama kak ndis sama kak gema aja ” dengan ketawa ketawa kecil khas senyuman dia, tidak tahu kenapa dia selalu menyebut kata “sama” beriringan dengan orang yang akan dia ajak. Itulah ciri khas Tika yang aku kenang sampai sekarang, kemudian aku pergi dan selalu melambaikan tangan ketika aku akan melajukan motorku.
 

Kenapa aku menyebutkan bahwa aku mengenang beberapa ciri khas Tika diatas yaitu karena Tika sudah meninggalkan kami semua yang menyayangi dia karena sebuah penyakit Demam Berdarah. Tak habis pikir ternyata di tanggal itu adalah pertemuan terakhirku dengan Tika setelah 1 bulan berada di Yogyakarta. Aku masih mengingat disaat libur tengah semesterku, aku sempat beberapa kali menjemput Tika dari TK dan tak lupa membeli jajanan sekolah, bermain dirumah setelah itu, menonton tv, tertidur pulas disebelahku. Aku seperti merasakan minggu liburku saat itu diisi dengan keceriaan Tika yang selalu bermain dirumahku, ya… dia sudah mempunyai rumah sendiri bersama Mbakku yang tidak berjauhan dari rumahku sendiri, tetapi minggu itu minggu berkualitas bersama Tika. Entah pikiranku disaat itu sempat berfikir kenapa ini anak tidak berantem sama aku? karena biasanya kami memang suka berantem dan istilahnya aku suka menjaili tika dengan berbagai kejailanku sendiri yang berakhir Tika menangis, marah dan menjauhiku. Aku merasa kejailanku saat itu adalah sebuah kasih sayang kepada dia, aku selalu merasa gemas terhadap anak kecil yang sedang bermain apapun itu dan pasti selalu kujaili. Minggu itu berbeda. Tika selalu mengajak ngobrol denganku selalu Tanya apapun hal yang dia ingin tahu. Tika punya sifat ingin tahu yang besar sekali. Apa yang dia tidak tahu pasti dia akan selalu menanyakan hal itu kepada orang terdekat dia. Namun takdir berkata lain. Di tanggal 28 Februari 2016 sekitar jam 3-4 sore aku mendapat kabar dari Ibukku dan Mbakku yang pertama, kalau tika meninggal dunia. Aku bergegas dari Rumah yang aku kontrak di Jogja, sempat teman menanyai kenapa pulang tiba-tiba, bibirku gemetaran menjawab dan aku langsung mengendarai motor menuju Pekalongan sore itu. Perjalanan Jogja-Pekalongan yang diiringi dengan Hujan besar dan dibumbui rasa campur aduk difikiran yang mencoba berkeinginan semua hal yang di kabarkan sore itu adalah hal yang tidak pernah terjadi. Hanya tangisan sepanjang jalan yang bisa menggambarkan pikiranku saat itu, aku selalu berfikir bagaimana keadaan keluarga dirumah sana? Bagaimana keadaan Mbakku disana? Tak habis cobaan yang diberikan kepada mbak dan keluarga dirumah, sebulan sebelum tika meninggal dunia yaitu adik tika sendiri yang bernama Tasya yang berumur 2 tahun dirawat di Rumah sakit selama berminggu minggu dan sempat Koma beberapa hari karena Dehidrasi berat. Aku sempat berfikir apakah ini memang jalan yang terbaik yang diberikan Allah untuk mbakku disana untuk merawat Tasya dengan baik, dan apakah harus melalui jalan seperti ini? Semoga saja benar. Semoga saja mbakku dikuatkan dengan adanya doa dari keluarga dan Semoga mbakku tetap ikhlas dengan lapang dada menerima semua takdir ini.
Tika saat terkena Demam berdarah

Tasya saat dirawat dan sempat sadar dari komanya namun tanpa respon lalu tertidur pulas lagi

Tika saat menunggu Tasya saat sakit dan telah pulih dari komanya.

Terkadang dia suka Chat BBM Melalui kontak mbakku
Terkadang chat dia pun tidak jelas :))
Sempat menanyai pulang kapan :)


Seminggu sebelum tika dinyatakan meninggal dunia aku sempat di BBM oleh tika sendiri yang memberi kabar bahwa dia sedang sakit dan dia menanyakan sebuah crayon untuk mewarnai kepadaku, dia ingin dibawakan crayon  berwarna yang lengkap ketika aku pulang dari Jogja nanti. Sampai dia menghembuskan nafas terakhir dia sendiri, aku belum sempat membawakan crayon yang dia mau dan itulah tamparan terberatku dan sebuah penyesalan yang amat besar yang terjadi kepadaku. Tika adalah anak kecil yang mempunyai mimpi yang sangat besar dan selalu ingin mencoba hal baru. Dia pernah berlatih menjadi Mayoret, mewarnai, dan becita-cita besar ketika melihat adiknya yang sakit dia ingin menjadi dokter. “Om poh, tika kalo udah gede nanti pengen jadi dokter, biar bisa nyembuhin dek tasya kalo lagi sakit” aku memotong “Tika berani sama suntikan gak? Tak suntik lho” dijawablah “BERANI!!!” Lalu aku mencoba mencari cari suntikkan dan seolah olah mendapatkan suntikan dan mencoba mengejar tika untuk menyuntikknya, diapun lari-larian sambil ketawa-tawa. Hal yang sangat menyenangkan. Dia sempat ingin bermimpi membeli mobil dan mengajak semua keluarga jalan-jalan, dia ingin berangkat haji bersama keluarga, dia ingin menjadi Elsa Frozen!, dia ngin membeli banyak play doh, dan banyak hal-hal yang diinginkan tika namun belum kesampaian. Masih banyak cerita lagi sebenarnya yang tidak bisa kusebutkan disini.

Ini adalah chat terakhir tika dan dia nitip Krayon yang lengkap.
Aku harap siapa saja yang membaca tulisan ini, sayangilah keluarga kalian, jaga kesehatan dan perhatikan setiap keluarga kalian. Dimana kalian berada keluarga adalah nomor 1. Jadikanlah setiap moment adalah moment berharga yang bisa kalian kenang sepanjang masa. Tika adalah tika yang tidak pernah terlupa dalam sejarah hidupku. Dia akan menjadi bidadari kecil surga yang dapat menghantarkan Orang tua dan keluarga dia disurga kelak nanti. Dia yang akan menjadi penyemangat hidup orang-orang terdekat dia, dia yang selalu menjadi bagian keluarga yang sangat penting di hidupku. Dia yang selalu membuatku tertawa dia yang selalu membuatku rindu kepadanya. Terimakasih hadirmu di Hidupku tik. 5 Tahun adalah waktu yang tak cukup lama namun arti hadirmu dihidup ini sangat berarti bagiku. Semoga Orang tuamu dan keluarga semua bangga mempunyai anak sepertimu. Om poh selalu berdoa untuk dipertemkan tika entah di mimpi dan disuatu saat nanti. Tik… Om Poh selalu mencintaimu. Doa kami untukmu. 

13 Desember 2010
        


13 Desember 2010 - 28 Februari 2016

Nayla Mustika Prasetyo
binti
Galih Prasetyo


0 komentar:

Post a Comment

 

Kawan Baik

Tentang Saya

My photo
Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia
Lahir di Pekalongan, dan sekarang masih menempuh Studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Suka menonton film, berkarya dan membanggakan orang tua. Terimakasih.