Analisis Film Paris Je T'aime Segment "Tuileries" Part 1

Analisis Film Paris Je T’aime Segment Tuileries

Tuileries
Sutradara : Joel Coen & Ethan Coen
Durasi : 5:29


Film Paris Je T’aime adalah film yang berisi kumpulan cerita-cerita pendek yang menggambarkan kota paris, dimana setiap segment yang diceritakan ada unsur cinta dari sudut pandang sutradaranya sendiri-sendiri, selain itu perpindahan antara segment satu ke segment yang lain akan ditunjukkan melalui establish sudut kota di Paris.
Tuileries menggambarkan turis dari luar yang mengunjungi kota Paris membaca buku panduan wisata dan sedang menunggu di salah satu platform Stasiun di Paris yang bernama Tuileries. Sementara itu, ia menemukan dalam buku panduan salah satu instruksi yang disarankan dan tidak disarankan ketika di Paris, sampai dia menemukan salah satu instruksi yang tidak boleh dilakukan di Paris dan tidak sengaja dia melakukannya.

VISUAL STORYTELLING

-       VISUAL METAPHOR
Adegan pertama diperlihatkan seorang pria yang berada di stasiun, didalam shot ini diperlihatkan bahwa sang pria melihat ujung terowongan kereta itu dari ujung kanan ke ujung kiri dengan ekspresi yang bingung ini merupakan gambaran dari pembuat film ke penonton untuk menunjukkan bahwa sang pria ialah pendatang karena merasa bingung dengan kereta akan datang dari arah mana.

   
Sementara dia membaca buku panduan, ia melihat sekitar yang dimana ada 3 point dilihat dia yaitu pengamen, seorang berjas hitam, dan sepasang pria dan wanita diseberangnya. Ke 3  subjek ini akan menggambarkan Paris dalam subjektif cerita yang disampaikan oleh Coen bersaudara.


Suatu wilayah yang ditawarkan oleh pemerintah kota Perancis yaitu distrik utama yang berupa Place Vendome, Taman Tuileries, dan museum Louvre dimana di museum tersebut terdapat lukisan monalisa dan beberapa karya lainnya. Turis ini terlihat tertarik terlihat dari ekspresi dan beberapa shot tambahan detail senyuman wajah Monalisa.



Paris yang didambakan oleh sebagian orang sebagai kota romantis, dan cinta tidak sepenuhnya seperti itu, karena banyak hal lain dikota paris, Cerita tidak menyenangkan dimulai saat dia ditembak peluru tiup oleh anak kecil yang lewat didepannya.


Dan puncaknya saat dia melihat instruksi dibuku bahwa ada suatu aturan saat di Paris Metro bahwa disana memang murah, bersih dan aman namun tidak selamanya tindak kriminal seperti pencopet dan hindari dari kontak mata pada orang-orang sekitar, Namun turis tersebut tidak sengaja Berkontak mata pada pasangan diseberangnya


Sang pria dari wanita tersebut marah dan mencaci maki dengan bahasa perancis kepada turis tersebut, kemudian turis menemukan sebuah glossary dibuku dimana kata-kata yang dikeluarkan sama persis yang dikatakan pria diseberangnya

Paris yang dikenal kota romantis dibantahkan dengan suatu adegan pertengkaran wanita dan pria diseberang turis tersebut akibat kecemburuan yang ditimbulkan dari kontak mata antara turis dengan wanita tersebut, toleransi masyarakatpun ditunjukkan dalam film ini dimana, 3 tokoh yang sudah diperlihatkan dari awal tidak membantu sang turis melainkan hanya melihat ketika sang turis dibully dengan bahasa perancis

Disaat sepasang kekasih ini bertengkar, ia kembali membaca buku panduan dimana terdapat keterangan bahwa pada perang dunia ke 2 banyak tentara yang terkena penyakit seksual yang ditandai dengan kemunculan bercak diwajahnya. Keretapun datang dan menghalangi pandangan turis kearah mereka sehingga tiba-tiba dia dikagetkan kedatangan wanita tersebut.

Suatu kejutan seseorang yang belum dikenal langsung dicium secara tiba-tiba oleh wanita yang tadi bertengkar dengan pacarnya, sang turis kaget setelah melihat secara detail wajah dia terdepat bercak yang ditunjukkan di Buku panduan tadi.

Hingga dia terkena peluru tiup dari anak kecil yang tadi, tergambar jelas maksud pesan yang akan disampaikan yakni bahwa di Kota Paris itu tak selamanya aman, atau memang dia sedang memberikan firasat bahwa turis yang dia ganggu nantinya juga akan diganggu oleh orang lainnya.
Akhirnya puncak permasalahan dimana Pria dari wanita yang mencium dia datang dan memukuli, dan mereka meninggalkan bersama dengan senang seolah sepasang pria wanita ini tidak terlihat bertengkar seperti yang dilihat dia tadi.

Rangkaian peristiwa seperti ini seakan akan Coen bersaudara ingin mengajak kita untuk melihat atau membaca Buku panduan wisata paris terlebih dahulu agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan ketika kita berkunjung di Paris, atau Coen bersaudara ingin menggambarkan suatu hal dibalik keromantisan Paris yang terdapat sisi negatif dikota tersebut.

Jika dilihat secara cermat, sebelum kejadian buruk menimpa Turis ini akan ada suatu hal yang menandakan bahwa dia akan mengalami hal itu, dilihat dari peringatan / instruksi dari Buku atau tanda dari Anak yang menembak dia sampai 2x

-         LIGHTING AS VISUAL METAPHORLighting yang digunakan dalam shot ini dominan warna hangat (tungsten) dengan shadow yang lebih kuat, penggunaan warna hangat disini ditujukan untuk membangun suasana yang tenang dan kalem sehingga tidak menimbulkan kesan kontras yang menyakitkan mata pada saat penumpang turun dari kereta tersebut, Shadow disini juga menambah atmosfer yang lebih kuat pada frame untuk mendukung lokasi tersebut berada di bawah tanah yang minim cahaya.
      Sifat lighting yang digunakan cenderung soft light pada shot luas namun pada beberapa shot close up terdapat side light yang terlihat pada shadow pemain,
   arc lamp juga digunakan guna menerangi sett dan property yang terdapat pada lokasi, karena ada beberapa figura besar yang berisi karya lukis.

 

WRITING WITH MOTION
Dalam film pendek mereka Ethan dan Joel Coen berbicara tentang visi wisata dari Paris. Mereka menunjukkan bahwa Paris lebih merupakan cara hidup, Budaya, dan bagaimana orang-orang toleransi sekaligus berfikir. Ini adalah sukacita hidup yang unik. Kota dan orang-orang yang tinggal di Paris memiliki wajah yang berbeda beda, menunjukkan wajah wisatawan, Wajah cinta dan temperamen.

Hal ini sangat relevan oleh Coen Bersaudara  yang menyajikan kejadian klise yang umum tentang Paris sebagai kota cinta. Ceritanya sederhana, luar biasa lucu dan cukup cerdas untuk membuat satu urutan atau dua adegan yang membuat penonton menjadi tertarik untuk melihat lebih dalam.

Film ini menyoroti beberapa peristiwa baru pada masalah nyata di masyarakat modern. Dari ketegangan rasial dan diskriminasi, kesulitan dalam hubungan antara orang-orang dari generasi yang berbeda, film ini adalah kesaksian manusiawi dan realistis dari kehidupan kita sehari-hari.

Terdapat suatu hal yang menarik ketika Turis dipukuli hingga terjatuh oleh seorang pria yang bersama wanita yang ia temui, ketika barang bawaan dia dihamburkan semua keluarlah foto-foto Monalisa dari tas yang ia bawa.

Hingga ia memandangi foto monalisa tersebut, analisa kami yaitu Lukisan Monalisa sampai saat ini dipercaya merupakan karya seni yang paling banyak dilihat orang sedunia. Bagaimana tidak, jutaan salinan lukisan ini telah dibuat dan beredar di seluruh dunia, sementara lukisan aslinya yang dipajang di Museum Louvre ingin dikunjungi oleh pengunjung setiap hari. Kemungkinan besar Turis ini adalah penggemar dari Lukisan Leonardo da Vindi, dan ingin sekali mengunjungi museum louvre yang dari awal cerita terlihat di buku panduan dimana distrik pertama yang diwajibkan dikunjungi yang didalamnya termasuk museum louvre.


Pada akhir cerita ditunjukkan close up lukisan monalisa dari POV tangan Turis yang menginterpretasikan jutaan turis mengunjungi Paris dan menuju museum Louvre untuk melihat lukisan Mona Lisa namun beberapa tidak mengetahui sejarahnya, seperti monalisa  dalam lukisan tidak memakai perhiasan apapun di tubuhnya dan bahkan tidak mempunyai alis mata, dan suatu misteri senyuman Mona Lisa yang sampai sekarang masih diteliti oleh berbagai peneliti Seni.
Coen bersaudara pasti sudah merancang sebuah konsep yang matang dalam hal penceritaan, tujuan cerita dan target untuk apa cerita ini disampaikan ke penonton, khususnya turis yang akan mengunjungi Paris di Perancis, karena tidak semua hal yang berkaitan dengan Paris adalah hal Romantis.


0 komentar:

Post a Comment

 

Kawan Baik

Tentang Saya

My photo
Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia
Lahir di Pekalongan, dan sekarang masih menempuh Studi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Suka menonton film, berkarya dan membanggakan orang tua. Terimakasih.